"Ngangkot'

Semalaman berpikir keras, bagimana memulai untuk menuliskan pengalaman ini. Banyak hal yang bisa diangkat. Tetapi tetap saja bingung harus mulai dari mana. Terinspirasi oleh kejadian-kejadian yang dialami selama bergelut dengan angkot-angkot. Karena kebenaran sehari-hari saya harus turun naik angkot untuk mencapai tempat kerja saya. Waduh mana ongkosnya suka mahal dari biasanya, ditambah lagi rutinitas meniki angkot dengan jurusan yang sama membuat rasa bosan kadang menyerang.

Ini kisah dimulai dari keinginan membunuh rasa bosan yang sangat menggangu.


08/09/2009 21:29:21
Seorang adik kecil berusia kurang lebih 5-7 tahun bersama dengan seorang pemuda yang wajahnya mirip dengan salah seorang teman-ku waktu SMU, kutemui di dalam sibiru-satu sore ini. Hal pertama yang tersirat dalam pikiranku adalah, wah..jangan-jangan nih orang pedofil. Seram membayangkan kalau hal itu adalah benar-benar terjadi. Kemeja kotak-kotak merah dengan rok lipit serta sepatu tertutup adalah seragam sang adik kecil. Yang menarik adalah tas putih dari kulit sintetis yang disandangnya, mirip tas keluaran Gucci yang dilengkapi dengan rantai kuningan. Sering juga sih tas seperti itu dipakai oleh gadis-gadis berpenampilan modis jaman sekarang.

Pemuda itu merogoh kantungnya dan mengeluarkan lipatan-lipatan uang ribuan. Si adik kecil sepertinya mulai mengantuk dan tak kuasa sambil memejamkan matanya, dia duduk terkantuk-kantuk. Tak lama sang pemuda menyadari ada yang butuh penopang. Si adik kecil diraih ke dalam pelukannya. Satu hal yang aneh melihat bahasa tubuh si adik kecil yang seperti menolak tawaran sang pemuda. Wajah mereka memang mirip dan dalam pikiranku mencoba mengira-ngira pastilah mereka saudara kalau tidak anak-bapak. Hubungan yang paling 'make sense'.

Hingga aku turun, mereka juga tidak ikut turun, Kira-kira kemana ya tujuan mereka? Satu yang pasti kuharapkan dalam hati, semoga Tuhan melindungi si adik kecil.

Pagi ini pukul 7.15 berangkat dari rumah. Berjuang untuk menyebrang dan menunggu selama beberap menit untuk mendaptkan sibiru yang dinanti. Kantung belakang sibiru masih longgar, tapi entah mengapa, aku lebih memilih duduk di depan. Bukan kebiasaanku untuk duduk di depan. Daripada berjejal di kantong belakang yang tidak padat, aku akan duduk di depan saja. Satu persatu wajah penumpang yang duduk di kantong belakang mulai terlihat, itupun saat mereka turun dan membayar ongkos. Hingga perempatan, semua penumpang kantong belakang sudah turun. Seorang Ibu naik dari perempatan. Tampaknya beliau baru saja mengantarkan putrinya berangkat ke sekolah dengan naik ojek.

Masih sempat aku lihat, putrinya masih anak SD dan bisa ditebak mungkin masih kelas 2 atau kelas 3 SD. Hingga pak pengendara ojek berangkat, si Ibu masih memegangi putrinya, takut terjatuh. Dari perempatan, tinggal kami berdua didalam sibiru-satu. Saya cemas ketika si Ibu turun 5 menit kemudian. Takutnya pak sopir tidak mau mengantarkan aku hingga ke pool terakhir sibiru-satu. Tapi ternyata pak sopir tidak membelot kali ini. Dia berniat mengantri bersama dengan sibiru-sibiru satu lainnya.

Lagi-lagi 'menye' alias menyeberang, pekerjaan yang harus dilakukan walau tak disukai kalau tinggal di Jakarta, kata temanku suatu waktu. Ke seberang naik sibiru-dua. Hanya 5 menit kemudian sudah turun lagi. Walau hanya 5 menit, tapi terkadang banyak juga hal-hal unik yang aku alami disini. Seperti pagi ini, semua penumpang kantong belakang sibiru-dua adalah lansia, kecuali aku tentunya :). Berangkat pagi-pagi dengan bawaan masing-masing, aku tak bisa menduga mereka akan kemana saja. Semuanya memakai pakaian casual, tanpa atribut ataupun seragam. Kemungkinan besar mereka ngapain ya? Satu orang wanita lansia dan 4 orang pria lansia. Seperti reminder saja, kalau waktuku juga akan tiba suatu saat..

Tak menunggu lama, seperti kebiasaan di hari-hari sebelumnya, hari ini sibiru-tiga persis datang bersamaan dengan waktuku meninggalkan sibiru-dua. Bubay sibiru-dua, nanti sore kita ketemu lagi. Pagi ini sibiru-tiga tidak seperti biasanya, tidak dijejali oleh gadis-gadis belia kantoran dan kuliahan. Satu hal yang unik dari sibiru-tiga ya, itu, dia selalu dijejali oleh gadis-gadis belia dan juga para bapak-bapak yang sudah tua. Pernah terpikir olehku, jika ada pemuda yang naik sibiru-tiga kecuali dia adalah mahasiswa yang punya kantung pas-pasan, dia pastilah tidak mampu membeli motor atau mobil. Atau lagi nabung mungkin, kata pikiran positif-ku dari dalam. Kali ini untuk keduakalinya aku duduk di depan juga. Tak akan terganggu dengan turun-naiknya penumpang sibiru-tiga. Eh.. malah tetangga yang bikin gerah. Si mbak yang juga duduk di depan bersamaku mengantuk dan saking mengantuknya, si mbak sampai terangguk-angguk, hampir menabrak kepala pak sopir. Sesekali kulirik pak sopir yang merasa terganggu dengan hentakan kepala si mbak. Ingin rasanya mengejutkan si mbak tiba-tiba, tapi kasihan juga, mungkin tadi malam dia lembur.

Hingga aku melepas sibiru-tiga, si mbak belum bangun juga. Mudah-mudahan pak sopir nantinya mau berbaik hati mengingatkan tujuannya. Kalau tidak bisa jadi si mbak akan diantar sampai le pool terakhir sibiru-tiga kalau ga dibawa pulang lagi. Hari ini tidak akan sama dengan yang kemaren, aku yakin. Besok mungki sibiru tidak akan mogok dan macet seperti sebelumnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dengan keikhlasan hati

Merih??

Sibiru yang sesak-membuatku sesak juga