pilihan-mu seperti senyum atau tawaku

22 Januari 2010

Dalam beberapa hari terakhir, si biru tergantikan oleh si "merah". Sejak si biru sudah semakin belagu karena menaikkan tarif ongkos 500 rupiah secara sepihak, rasanya malas untuk menumpang pulang bersama dia.

Memang daya tarik si merah ini jauh lebih banyak, karena dia juga menawarkan seorang teman selama perjalanan. Maklumlah selama ini di dalam gelembung si biru, yang bisa kulakukan hanya memandangi jalan, sesekali melirik penumpang lain yang memandang sesama penumpang dengan wajah curiga. Hmm.. mengapa mereka seolah-olah selalu menghakimi orang lain ya?

Sore ini, kembali aku menumpang si biru. Penuh, pikirku, saat si biru melintasiku. Ya memang mang supir juga sudah mengangkat tangannya menandakan sudah tidak ada lagi sisi ruang si biru untuk tempat meletakkan pantat ini. Kurelakan si biru melaju melewatiku. Tapi alangkah masgyul hatiku, 30 meter setelahnya, si biru berhenti memuntahkan seorang penumpang "tak tahu diri, egois dan tidak tenggang rasa" itu. Seorang lelaki yang turun tidak jauh dari tempatku berhenti. Kesal, marah dan hingga emosi membuatku tak sudi untuk menaiki si biru yang menunggu lama apakah aku mau ikut bersamanya. Apa sih yang ada di pikiran si lelaki dengan "cap jelek" di mukanya itu? Tidak dia lihatkah aku yang tadinya ingin ikut si biru juga. Kenapa dia tidak turun saja sehingga aku dapat menumpang si biru? Kenapa dia tidak mau berbagi sedikit tempat untukku, dasar manusia malas, berjalan sedikit saja apakah sangat merugikan dia? Toh itu bisa membuatnya kehilangan sedikit tumpukan kolesterol dalam darah-nya, atau sedikit lemak pada perutnya atau memperlancar aliran darahnya supaya gangguan stroke ringan yang dideritanya bisa benar-benar hilang.

Tapi sudahlah, toh masih ada si biru yang lain yang bisa aku tumpangi, tuh.. dia tiba. Sudah penuh, tiga orang anak es-em-yu bergelantungan di perut si biru. Seorang Bapak turun, dan dia menggantikan peran si wajah ber "cap jelek" tadi. Dia turun sehingga aku bisa ikut naik si biru, dan dia berjalan menuju tujuannya sedikit lagi. Wah bapak yang satu ini pasti akan hidup lebih lama dari si lelaki ber wajah "cap jelek" itu, penyakit ginjalnya yang parah mungkin bisa sembuh seketika, atau kekuatan ototnya mungkin akan bertambah, sehingga sang istri di rumah akan lebih bahagia =).

Antara sadar dan tidak sepertinya aku menyerobot satu bagian ruang si biru, karena ada bapak yang ingin masuk juga. Pak, ladis first, bisikku dalam hati, woowww, sepertinya mau-tak-mau si bapak mengalah juga dengan tatapan mataku yang tanpa ekspresi.

Di dalam ada banyak ibu-ibu (hahahaha). Karena hampir semua isinya sudah ibu-ibu. Seorang anak kecil berwajah indo, dengan ibunya, seorang adik perempuan juga dengan ibunya dan si mbak rekan ibunya. Seorang ibu wanita karir terjepit dengan tubuh besarnya di belakang supir dan oh..ternyata ada seorang pria di sudut si biru, gemuk kaya ibu-ibu juga, hampir terlewatkan olehku.

Tak ada yang spesial dalam perjalanan sore ini, Sama halnya dengan si biru lainnya. Hanya saja aku teringat dengan senyum dikulum si mbak yang menertawakan si mas mbakyu yang naik belakangan. Si mas mbakyu dengan tampilan lelaki tulen dan gerak tubuh yang aduhai. Kenapa juga si mbak harus tersenyum ya, jangan sampai tertawa mbak, awas di tikungan si mas mbakyu sudah menunggu untuk mengantar mbak ke balik-papan.

Teringat satu hal melihat si mas mbakyu. Bahwa hidup itu adalah pilihan. Setiap orang punya hak dengan pilihan hidupnya masing-masing. Dan bagi kita yang berada di lingkaran orang yang lain juga, harus bisa menghargai pilihan hidup setiap orang lain juga. Ketika pilihan hidup orang lain mengganggu pilihan hidup kita, barulah kita bisa tersenyum, tertawa, marah ataupun berontak menghadangnya. Selebihnya, silahkan jaga pilihan hidup masing-masing orang. Karna hak anda hanya sebatas pilihan hidup anda saja mbak!

Lha kalau begitu walaupun si lelaki berwajah "cap jelek" sudah menentukan pilihannya, kamu harusnya ga usah marah dong. Oh tidak! Dia sudah mengganggu pilihan hidupku untuk menumpang si biru yang satu itu.

Komentar

  1. ::: aku wi Wied mo ucapin makasih udah mampir....

    ::: waah.... blognya panjang2 ya postingnya,,, bener2 seperti diary,,,

    ::: musti di luar jamkantor nih bacanya.... ^-^

    ::: tapi aku gak bisa follow yah...?? T_T

    ::: maksudnya biar aku bisa mampir lagi untuk baca... ^-^v

    ::: follow me if you dont mind^_^

    ::: untuk kaos, belum ada produksi dulu... masih revisi sablon

    ::: untuk foto, itulah,, bener kok memang mood itu penting,,, makanya foto harus punya roh untuk dijiwai ^-^ alah alah... ^_^v xixixixi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dengan keikhlasan hati

Merih??

Sibiru yang sesak-membuatku sesak juga