Selamat Hari Guru…Guruku Sayang Guruku Malang

Terpujilah wahai Engkau Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti trimakasihku
‘tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
tanpa tanda jasa

Pagi-pagi, bangun, tidak terpikir hari ini adalah hari guru. Tidak seperti lima-enam tahun sebelumnya, saat peringatan hari guru masih sangat dinanti-nantikan. Saya masih ingat kenangan saya di waktu hari guru, menyematkan karangan bunga kepada Bapak/Ibu Guru, kemudian menyalami semua Bapak dan Ibu Guru dan secara khusus di kelas mengadakan perayaan kecil-kecilan. Sekarang?? saya tidak tahu apakah penghayatannya masih sama atau sudah jauh berubah. Mungkin ritualnya masih sama. Upacaranya masih sama, perayaannya masih sama juga. Tetapi saya khawatir nilai-nilai yang ada pada anak didik saat ini sudah jauh berbeda.
Dua hari yang lalu saya membaca berita di koran lokal, kelakuan seorang guru yang tega mencabuli anak didiknya sendiri, di ruangan kelas dihadapan siswa-siswinya sendiri. Saya juga membaca cerita tentang rencana peningkatan gaji guru dan juga peningkatan kesejahteraan para guru. Wah…. di satu sisi para guru pasti bersyukur, apalagi pada saat ini sepertinya gaji para guru sebagian besar sudah lumayan. Di sisi lain apakah hati tidak miris mendengar bahwa ada guru yang tega menghancurkan masa depan muridnya? Jangankan memperbaiki masa depan anak didik melalui pembelajaran yang lebih bermutu, setidaknya janganlah sampai merusak…aduh Bapak Ibu Guru…
Saat ini profesi guru sepertinya mulai kembali memiliki pamor yang hmmm….menarik… Karena sejauh pengamatan saya hampir 50% quota untuk CPNS di daerah membutuhkan guru. Tetapi masihkah ada “Amang Guru” dan “Inang Guru” di luar sana, jiwa-jiwa muda yang berdedikasi tinggi untuk pengajaran dan pendidikan? Saya yakin masih banyak…
Seorang teman saya berbicara skeptik…bagaimana tidak kualitas guru saat ini dapat diharapkan, lha wong yang masuk Universitas Pendidikan pun tinggal orang-orang dengan kemampuan terbatas. Coba saja seandainya ada kebijakan dari Universitas Terkait untuk hanya menerima calon guru yang sama hebatnya dengan kandidat para Sarjana Ekonomi dan Sarjana teknik lainnya, bukan hanya menampung “lapung-lapung” saja…..(buat rekan-rekan di jurusan terkait..peace….no heart offense)
Saya memiliki orangtua yang berprofesi sebagai guru dan saya bangga menjadi anak seorang guru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dengan keikhlasan hati

Merih??

Sibiru yang sesak-membuatku sesak juga